Soal :
- Apa urgensi akademik dalam mempelajari Filsafat ilmu ?
- Jelaskan secara rinci tentang kebenaran ilmiah ditinjau dari sisi ontologi ilmu, epistomologi ilmu, dan aksiologi ilmu !
Jawaban :
- Sebelum menjawab mengenai pentingnya akademik dalam mempelajari filsafat ilmu, ada baiknya dijelaskan terlebih dahulu mengenai akademik dan filsafat ilmu itu sendiri. Akademik merupakan proses dalam mencari suatu ilmu atau kebenaran. Akademik kadang kala juga disebut sebagai proses pendidikan (mencari ilmu) melalui institusi/ lembaga formal, namun dalam mencari ilmu bisa juga diperoleh tanpa melalui pendidikan formal, misalnya pengalaman, belajar dari alam, berpikir dan lain-lain. Dalam proses proses akademik tersebut, sudah tentu manusia mempunyai tujuan yaitu untuk memperoleh suatu ilmu. Adapun beberapa ciri-ciri ilmu antara lain :
- Bersifat universal
- Parsional atau dilalui melalui cara-cara sistematis (berpola)
Sedangkan sumber ilmu pengetahuan itu diperoleh, yakni Ilmu pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman (emperi) dan dari akal (ratio). Sehingga timbul faham atau aliran yang disebut empirisme dan rasionalisme. Aliran empirisme yaitu faham yang menyusun teorinya berdasarkan pada empiri atau pengalaman. Tokoh-tokoh aliran ini misalnya David Hume (1711-1776), John Locke (1632-1704), Berkley. Sedang rasionalisme menyusun teorinya berdasarkan ratio. Tokoh-tokoh aliran ini misalya Spinoza, Rene Descartes. Metode yang digunakan aliran emperisme adalah induksi, sedang rasionalisme menggunakan metode deduksi. Immanuel Kant adalah tokoh yang mensintesakan faham empirisme dan rasionalisme.
Suatu ilmu pengetahuan sebelumnya merupakan hanya berupa pengetahuan. Suatu pengetahuan dikatakan sebagai sebuah ilmu pengetahuan apabila telah memenuhi syarat keilmuan dan telah terbukti kebenarannya. Kebenaran terbagi atas dua yaitu :
a. Kebenaran biasa, yakni kebenaran yang bersifat rasional, diterima oleh umum dan tidak memerlukan kajian metodologi
b. Kebenaran ilmiah, yakni suatu kebenaran yang secara empirik harus jelas metodologinya
Dalam mencari kebenaran suatu pengetahuan maka dibutuhkan suatu metode ilmiah dalam memfasilitasinya. Metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan observasi serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.
Lebih lanjut dalam pernyataan Koento Wibisono dkk. (1997), bahwa karena pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan “a higher level of knowledge”, maka lahirlah filsafat ilmu sebagai penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek sasarannya yakni Ilmu (Pengetahuan). Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu: ontologi, epistemologi dan aksiologi. Hal ini didukung oleh Israel Scheffler (dalam The Liang Gie, 1999), yang berpendapat bahwa filsafat ilmu mencari pengetahuan umum tentang ilmu atau tentang dunia sebagaimana ditunjukkan oleh ilmu.
Pengertian-pengertian tentang filsafat ilmu, telah banyak dijumpai dalam berbagai buku maupun karangan ilmiah lainnya. Menurut The Liang Gie (1999), filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan campuran yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik dan saling-pengaruh antara filsafat dan ilmu.
Sehubungan dengan pendapat tersebut serta sebagaimana pula yang telah digambarkan pada bagian pendahuluan dari tulisan ini bahwa filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan tanpa meninggalkan pengetahuan lama. Pengetahuan lama tersebut akan menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru. Hal ini senada dengan ungkapan dari Archie J.Bahm (1980) bahwa ilmu pengetahuan (sebagai teori) adalah sesuatu yang selalu berubah.
Dalam perkembangannya filsafat ilmu mengarahkan pandangannya pada strategi pengembangan ilmu yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampai pada dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan manusia (Koento Wibisono dkk., 1997).
Interaksi antara ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa filsafat dewasa ini tidak dapat berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu. Ilmu tidak dapat tumbuh dengan baik tanpa kritik dari filsafat. Dengan mengutip ungkapan dari Michael Whiteman (dalam Koento Wibisono dkk.1997), bahwa ilmu kealaman persoalannya dianggap bersifat ilmiah karena terlibat dengan persoalan-persoalan filsafati sehingga memisahkan satu dari yang lain tidak mungkin. Sebaliknya, banyak persoalan filsafati sekarang sangat memerlukan landasan pengetahuan ilmiah supaya argumentasinya tidak salah.
Adapun fungsi mempelajari Filafat Ilmu antara lain :
a. melatih berfikir secara radikal mengenai hakekat suatu ilmu
b. melatih berfikir reflektif di dalam lingkup ilmu
c. menghindarkan diri dari memmutlakan kebenaran ilmiah dengan menganggap bahwa ilmu sebagai satu-satunya cara memperoleh kebenaran
d. menghindarkan diri dari egoisme ilmiah yakni tidak menghargai sudut pandanglain di luar bidang ilmunya (egoisme ilmiah)
Maka dapat disimpulkan bahwa “Filsafat Ilmu merupakan landasan pengembangan ilmu pengetahuan yang dilalui melalui proses akademik”
- Dalam menemukan esensi suatu ilmu maka diperlukan adanya kebenaran ilmiah. Kebenaran ilmiah merupakan kebenaran yang diperoleh secara empirik yang menggunakan metodologi yang jelas. Menurut Suriasumantri (1984a) ciri-ciri keilmuan didasarkan pada jawaban yang diberikan ilmu terhadap tiga pertanyaan pokok yang mencakup apa yang ingin kita ketahui (ontologi), bagaimana cara mendapatkan pengetahuan tersebut (epistemologi), dan apa nilai kegunaannya bagi kita (axiologi). Dalam hal ini, falsafah mempelajari masalah ini sedalam-dalamnya dan hasil pengkajiannya merupakan dasar dari eksistensi atau keberadaan ilmu. Secara lebih rinci, Suriasumantri (1984b dan 1984c) menyatakan bahwa tiap-tiap pengetahuan mempunyai tiga komponen yang merupakan tiang penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya. Komponen tersebut adalah ontologi, epistemologi, dan axiologi. Ontologi merupakan asas dalam menetapkan batas/ruang lingkup wujud yang menjadi objek penelaahan (objek formal dari pengetahuan) serta penafsiran tentang hakikat realitas (metafisika) dari objek formal tersebut. Epistemologi merupakan asas mengenai cara bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan. Sedangkan aksiologi merupakan asas dalam menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh dan disusun dalam tubuh pengetahuan tersebut.
- Kebenaran ilmiah ditinjau dari ontologi ilmu, yaitu apa yang ingin diketahui dari kebenaran ilmiah itu yang mana nantinya akan menjadi sebuah ilmu pengetahuan. Selanjutnya sejauh mana kebenaran itu diperoleh dan dipelajari, kenapa kebenaran itu bisa ada, serta apa penyebabnya.
- Kebenaran ilmiah ditinjau dari epistomologi ilmu, yaitu bagaimana dan dari mana kebenaran ilmiah itu diperoleh. Menurut Pranarka (1987), orang perlu mencari dan mempertanyakan dasar-dasar dari ilmu itu, terutama menunjukkan legitimasi epistemologinya dengan menjelaskan metode ilmiah yang dilakukan dalam memperoleh kebenaran tersebut.
- Kebenaran ilmiah ditinjau dari aksiologi ilmu, yaitu mengenai fungsi dan eksistensi kebenaran ilmiah itu di masa yang akan datang. Yang mana kebenaran ilmiah tersebut apakah sudah diterima sebagai suatu ilmu pengetahuan atau belum. Dalam aksiologi ilmu ini merupakan kelanjutan dari ontologi dan epistomologi yang secara bersama-sama membentuk dan merupakan syarat suatu kebenaran ilmiah menjadi suatu ilmu pengetahuan.
18 Juli 2010
// //
0
komentar
//
0 komentar to "Tugas Filsafat Ilmu"
Pages
You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "
Followers
About Me
Blog Archive
-
▼
2010
(33)
-
▼
Juli
(33)
- ANALISIS FUNGSI MENAJEMEN DAN ORGANISASI
- KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN - Devinisi Kepemimpinan
- HUKUM TATA LAKSANA - KPK VS POLRI
- Hubungan pemerintahan pusat dan daerah - Penyeraha...
- ETIKA PEMERINTAHAN - etika kepemimpinan aparat yan...
- BIROKRASI - Ciri birokrasi pada awal reforrmasi
- BIROKRASI - perbandingan kabinet masa orde lama, ...
- Akuntansi Kinerja Pemerintahan - BLT dan Implement...
- SOSIOLOGI - KONFLIK SOSIAL
- SOSIOLOGI - Kelompok Sosial
- POLITIK - PARTISIPASI, BUDAYA DAN KOMUNIKASI POLITIK
- PIP - DEMOKRASI SUBSTANTIF DAN PROSEDURAL
- PEMERINTAHAN - Devinisi Demokrasi
- EKONOMI - Peningkatan Pendapatan Nasional Dalam Bi...
- AGAMA ISLAM - Sistim Politik Islam
- SPI - Sistim Demokrasi Terpimpin
- SPI - Sistim Demokrasi Liberal Awal kemerdekaan
- SPI - Hubungan Kerja Pemerintah Pusat dan Daerah
- Antropologi - 7 unsur kebudayaan
- Tugas Filsafat Ilmu
- Pengorganisasian (Organizing)
- Review Kewarganegaraan
- Pengertian Organisasi Dan Menajemen
- Pengaruh Lingkungan Terhadap Organisasi
- Bapak Menajemen Dan Bapak Administrasi
- Kelebihan dan Kekurangan Otonomi Daerah
- Sistim Pemilu Di Indonesia
- Modernisasi dan Persoalan-Persoalan Politik
- Apa itu Organisasi & Manajemen
- Ciri Birokrasi Pada Awal Reformasi
- Pentingnya Penggunaan Informasi
- Pengertian Komunikasi Menurut Para Ahli
- Pasar Sentral ampana Terbakar
-
▼
Juli
(33)
Posting Komentar